Pages



Cool Widgets

Kamis, 23 Februari 2012

tari legong


TARI LEGONG                                                                                                 
                                                                                                                                  


Sepasang penari legong. Perhatikan kipas dan bentuk hiasan kepala yang khas untuk kelompok tarian ini
                                                                            
                Legong merupakan sekelompok tarian klasik Bail yang memiliki pembendaharaan gerak yang sangat kompleks yang terikat dengan struktur tabuh pengiring yang konon merupakan pengaruh dari gambuh. Kata Legong berasal dari kata “leg” yang artinya geraj tari yang luwes atau lentur dan  “gong” yang artinya gamelan. “Legong” dengan demikian mengandung arti gerak tari yang terikat (terutama aksentuasinya) oleh gamelan yang mengiringinya. Gamelan yang dipakai mengiringi Tari Legong dinamakan Gamelan Semar Pagulingan.
               
                Legong dikembangkan di keraton-keraton Bali pada abad ke-19 paruh kedua. Konon idenya diawali dari seorang pangeran dari Sukawati yang dalam keadaan sakit keras bermimpi melihat dua gadis menari dengan lemah gemulai diiringi oleh gamelan yang indah. Ketika sang pangeran pulih dari sakitnya, mimpinya itu dituangkan dalam repertoar tarian dengan gamelan lengkap.
                         
                Sesuai dengan awal mulanya, penari legong yang baku adalah dua orang gadis yang belum mendapatkan menstruasi, ditarikan dibawah sinar bulan purnama diahalaman keraton. Kedua penari ini, disebut legong, selalu dilengkapi dengan kipas sebagai alat Bantu. Pada beberapa tari legong dengan kipas. Struktur tarinya pada umumnya terdiri dari papeson, pangawak, pengecet, pakaad.
               
                Dalam perkembangan zaman, legong sempat kehilangan popularitas diawal abad ke-20 oleh maraknya bentuk tari kebyar dari bagian utara Bali. Usaha-usaha refitalisasi baru dimulai sejak akhir tahun 1960-an, dengan menggali kembali dokumen lama untuk rekonstruksi.
Beberapa Tari Legong
                Terdapat sekitar 18 tari legong yang dikembangkan diselatan bali, seperti Gianyar (saba,bedulu,pejeng,pliatan), badung (binoh dan kuta), denpasar (kelandis), dan tabanan (tista).
Legong Lasem (kraton)
                Legong ini yang paling populer dan kerap ditampilkan dalam pertunjukan wisata. Tari ini dikembagkan di peliatan. Tarian yang baku ditarikan oleh dua orang legong dan seorang condong. Condong tampil pertama kali lalu menyusul dua legong lasem. Refertoar dengan tiga penari dikenal dengan legong kraton. Tari ini mengambil dasar dari cerita panji (abad ke-12 dan ke-13, masa kerajaan kediri), yaitu tentang keinginan raja (adipati) lasem (sekarang masuk kabupaten rembang) untuk meminang rangkesari, putrid kerajaan daha (kadiri), namun ia berbuat tidak terpuji dengan menculiknya. Sang putrid menolak pinangan sang adipati karena ia telah terikat oleh raden panji dari kahuripan. Mengetahui adiknya diculik, raja kediri, yang merupakan abang dari sang putri rangkesari, menyatakan perang dan berangkat ke lasem. Sebelum berperang, adipati lasem harus menghadapi serangan burung garuda pembawa maut. Ia berhasil melarikan diri kemudain tewas dalam pertempuran melawan raja daha.

Legong Jobog
                Tarian ini, seperti biasa, dimainkan sepasang legong. Kisah yang diambil adalah dari cuplikan ramayana, tentang persaingan dua berasaudara sugriwa dan subali (kuntira dan jobog) yang memperebutkan ajimat dari ayahnya. Karena ajimat itu dibuang ke danau ajaib, keduany bertarung hingga masuk ke dalam danau. Tanpa disadari, keduanya beralih menjadi kera, dan pertempuran tidak ada hasilnya.
¥        Legong legod bawa
Tari ini mengambil kisah persaingan dewa brahma dan dewa wisnu tatkala mencari rahasia lingga dewa syiwa   
¥        Legon kuntul
Legong ini menceritakan beberapa ekor kuntul yang asyik bercengkerama.

¥        Legong smaradahana
¥        Legong sudarsana
Mengambil cerita semacam calonarang.
                Beberapa daerah mempunyai legong yang khas. Di desa tista (tabanan) terdapat jenis legong yang dinamakna andir (nandir). Dipura pajegan agung (ketewel) terdapat juga tari legong yang memakai topeng dinamakan sanghyang legong atau topeng legong.


































Kesimpulan
                                         
                Legong merupakan sekelompok tarian klasik Bail yang memiliki pembendaharaan gerak yang sangat kompleks yang terikat dengan struktur tabuh pengiring yang konon merupakan pengaruh dari gambuh. Kata Legong berasal dari kata “leg” yang artinya geraj tari yang luwes atau lentur dan  “gong” yang artinya gamelan. “Legong” dengan demikian mengandung arti gerak tari yang terikat (terutama aksentuasinya) oleh gamelan yang mengiringinya. Gamelan yang dipakai mengiringi Tari Legong dinamakan Gamelan Semar Pagulingan. Legong dikembangkan di keraton-keraton Bali pada abad ke-19.           
                Sesuai dengan awal mulanya, penari legong yang baku adalah dua orang gadis yang belum mendapatkan menstruasi, ditarikan dibawah sinar bulan purnama diahalaman keraton









Tidak ada komentar:

Posting Komentar