Pages



Cool Widgets

Rabu, 07 September 2011

tugas geografi lengkap

Banjir Lahar Dingin Menutup Jalan Magelang Yogya

Akibat banjir lahar dingin, Jembatan Pabelan yang menghubungkan Magelang menuju Yogyakarta dan Semarang ditutup. Kemacetan pun mencapai 3,5-4 km.
Pantauan detikcom di Jembatan Pabelan, Jl Raya Magelang-Yogya Km 13, Rabu (1/12/2010) pukul 15.20 WIB, akses di jembatan itu ditutup.
Ada sekitar 100 polisi yang berjaga-jaga baik yang ke arah Magelang juga yang ke arah Yogya dan Semarang. Polisi menutup jembatan di jalan utama itu dengan bambu dan portal. Mereka juga menghalang-halangi pejalan kaki dan pengendara kendaraan bermotor untuk melintas. Arus lalu lintas dialihkan.
Hingga berita ini dilaporkan pukul 15.15 WIB, hanya pesepeda motor yang boleh melintas. Sementara pengendara mobil yang tak bisa melintas putar balik. Akibatnya, kemacetan di kedua arah pun tak terelakkan, mencapai 4 kilometer. Sementara jarak arus lahar dingin dari bibir jembatan sekitar 5-7 meter.
Sementara itu, Irul, lewat Info Anda detikcom juga menginformasikan hal serupa. “Aliran banjir lahar dingin Merapi di sungai Pabelan membuat jembatan di Tangkilan yang menghubungkan Magelang/Semarang – Muntilan/Yogya ditutup sementara. Arus lalu lintas dialihkan melalui selatan (Borobudur) dan bahkan Purworejo untuk roda empat,” tulisnya.
Jembatan Jebol
Informasi yang dikumpulkan detikcom, ada 4 jembatan jebol yaitu Jembatan Sawangan, Jembatan Daleman, Jembatan Srowol dan Jembatan Gondosuli.
Jembatan Gondosuli yang memiliki lebar 5 meter dan panjang hampir 75 meter, termasuk pos PDAM yang ada di pinggiran sungai, rusak parah.
“Arus banjir lahar dingin terjadi sekitar 1 jam lalu. Saat itu kondisi sedang tidak hujan membawa material berupa batu-batu besar kemudian pasir bercampur lumpur dan puing-puing seperti kayu. Akibat hantaman batu besar dan kayu serta pasir jembatan ikut hanyut,” ujar Purwanto, warga Desa Gondosuli, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang.
Selain 4 jembatan yang jebol, lahar dingin juga mengakibatkan 3 sungai meluap, di antaranya Sungai Terising di Desa Sengi, Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang meluap; Kali Senowo, Desa Talun, Kecamatan Dukun; dan Kali Apu, yang merupakan jembatan menghubungkan Kabupaten Boyolali-Magelang.

Semarang Banjir

Semarang Banjir. Berita musibah kembali terjadi di Indonesia yaitu daerah Semarang terjadi banjir. Banjir yang menggenangi beberapa wilayah di Semarang mengakibatkan korban jiwa dan menghanyutkan kendaraan serta hewan ternak. Korban hanyut terseret derasnya banjir.
Dikabarkan dalam portal berita bahwa tiga korban tewas dan tujuh hilang akibat peristiwa itu. Banjir di kawasan Semarang tersebut diakibatkan meluapnya Sungai Beringin. Air sedemikian deras dan mengakibatkan Jalan Raya Mangkang (Semarang-Kendal) itu tergenang dan hampir-hampir tak bisa dilewati.
Informasi lain menyebutkan, daerah lain yang dilanda banjir di Semarang termasuk di kawasan Ngaliyan, Bringin, Mangkang, dan Sampangan. Bahkan, Huda mengaku memperoleh kabar banjir di daerah Mangkang mengakbakan dua orang tewas akibat terseret arus Kali Kangkung. Selain itu, sebuah mobil bermerek BMW juga hanyut di kali itu. “Kata adik saya, yang hanyut BMW. Kondisinya terbalik,” katanya.
Tidak hanya banjir, hujan yang disertai terpaan angin kencang juga mengakibatkan pohon-pohon berdiameter 30 cm bertumbangan. Angin puting beliung mengagetkan warga Perumahan Beringin Lestari, Gondoria, Ngaliyan. Sebab, tiba-tiba angin itu bertiup sangat kencang dan berputar-putar sehingga mengakibatkan banyak atap rumah rusak beterbangan.
Malahan, sebagian rumah warga yang berada di Kali Kangkung turut tersapu arus banjir. Berbagai barang perabotan rumah tangga tampak terseret arus air. Seperti televisi, kulkas, lemari, serta lemari pakaian dari plastik.
Hujan yang mengguyur Kota Semarang pada Selasa sore itu, juga menyebabkan sejumlah titik ruas jalan mengalami kemacetan total. Banyak ruas jalan tergenang air dengan ketinggian permukaan air cukup signifikan.
Titik kemacetan antara lain terjadi di kawasan Pasar Johar, ujung Utara Jalan Pemuda, bundaran depan Mal Paragon Jalan Pemuda, kawasan Simpang Lima dan Jalan Pahlawan. Bahkan, daerah Semarang atas seperti Tembalang hingga kompleks Undip tak luput dari amukan air. Lalu lintas dikawasan itu mengalami lumpuh total hingga ber jam-jam.
Banjir juga mengakibatkan KA Argo Anggrek rute Jakarta-Surabaya terhadang di Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah. kedatangan kereta di Surabaya dipastikan telat berjam-jam.
Kahumas PT KA Daops IV, Sapto Hartoyo mengatakan, kereta dari arah barat (Jakarta) itu seharusnya masuk Stasiun Tawang, Semarang, pada Selasa (9/11) pukul 16.00 WIB. Namun, jadwal tersebut tidak bisa terpenuhi karena terhadang banjir.

Banjir di Subang dan Indramayu (Pantura) Januari 2011, 11600 Rumah Terendam


Banjir di Indramayu Januari 2011
Banjir di Subang dan Indramayu (Pantura) 18 Januari 2011, 11600 rumah pun terendam didua kabupaten yang ada di wilayah Pantai Utara (Pantura) Jawa Barat tersebut. Ya, Banjir melanda pantai utara Jawa Barat, yakni tujuh kecamatan di Kabupaten Indramayu dan dua kecamatan di Kabupaten Subang, Selasa 18 Januari 2011 kemarin. Sekitar 5.000 rumah terendam di Indramayu dan sekitar 1.000 warga diungsikan. Di Subang, banjir merendam 6.665 rumah dan 1.614 hektar sawah.

Tujuh kecamatan yang dilanda banjir di Indramayu adalah Patrol, Sukra, Kandanghaur, Anjatan, Losarang, Gabus Wetan, dan Kroya. Selasa pukul 18.30, tinggi air sepinggang orang dewasa.

Di Desa Bugel, Kecamatan Patrol, petugas tanggap bencana (Tagana) dikerahkan untuk mengevakuasi orang lanjut usia dan ibu hamil yang terjebak di rumah. Maria (50), warga Bugel yang mengungsi di
Masjid Darussalam, menuturkan, air menggenang sejak Senin malam. Selasa dini hari, ketinggian air meningkat cepat.
Tim Tagana, Palang Merah Indonesia, dan sukarelawan masih berkeliling untuk mengevakuasi warga dan mengirim nasi bungkus ke rumah korban bencana banjir.

Di Subang, banjir merendam 5.445 rumah di empat desa di Kecamatan Pamanukan, yakni Desa Pamanukan (984 rumah), Pamanukan Hilir (466 rumah), Pamanukan Sebrang (574 rumah), dan Mulyasari (3.421 rumah). Air berasal dari luapan tiga sungai, yakni Cigadung, Cipangaritan, dan Kalensema.

Di Kecamatan Pusakanagara, luapan Sungai Sewo merendam 1.220 rumah yang tersebar di sejumlah desa, seperti Patimban, Kebondanas, dan Karanganyar. Genangan terparah terjadi di Desa Mulyasari, setinggi 30-100 sentimeter. Murid di tiga sekolah dasar dan satu sekolah menengah pertama terpaksa diliburkan.

Selasa siang, lebih dari 50 warga tampak mengungsi di kolong jalan layang Pamanukan. Menurut Rase (65), salah satu pengungsi, jika genangan tak kunjung surut, jumlah pengungsi dipastikan bertambah.
Bencana Alam dan Korban Tsunami Pulau Mentawai
Bencana Alam dan Korban Tsunami Pulau Mentawai. Bencana tsunami Mentawai menyisakan duka amat mendalam bagi keluarga yang kehilangan kerabat dan anggotanya. Bukan hanya itu, diperlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit untuk membangun kembali Pulau Mentawai ini dan memulihkan kondisi psikologis para korban. Hingga saat ini menurut berita yang dilansir korban Mentawai terus berjatuhan, tidak kurang dari 350 korban tewas, belum termasuk sekitar 400 orang raib dan 160 orang luka luka akibat dari sapuan tsunami yang menghantam Mentawai.
Pejabat tinggi negara pun sudah mulai berdatangan, Presiden RI beserta Wapres Budiono telah meninjau lokasi bencana serta menemui para pengungsi dan korban bencana. Bantuan dari dalam dan luar negeri pun mulai berdatangan. 123 orang personil Polda Sumatera Barat, berangkatkan lokasi bencana membawa bantuan, di sana mereka juga kan ikut membantu pencarian korban yang masih belum ditemukan.
Bencana gempa tsunami Mentawai, memang menyita perhatian semua, bukan hanya di dalam negeri tapi dari luar negeri. Terlebih, jumlah korban yang jatuh sangat banyak, bahkan akan terus bertambah, mengingat masih banyak yang sampai kini belum ditemukan. Kita semua berduka
Lima Tahun Semburan Lumpur Lapindo

Metrotvnews.com, Jakarta: Tragedi Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, sudah memasuki tahun kelima. Namun luapan lumpur akibat kesalahan pengeboran itu terus menyembur dan mengancam kehidupan masyarakat sekitar. Padahal luapan lumpur itu telah menenggelamkan sejumlah perkampungan, berikut harta benda warga sekitar pusat semburan. Ironisnya proses ganti rugi berjalan di tempat.
Luapan lumpur Lapindo kini sudah mencapai 150.000 meter kubik per hari, dan telah melalap 800 hektare tanah warga sekitar. Sejumlah geolog dari 17 negara mengadakan simposium dan bersepakat Lumpur Lapindo tidak akan berhenti menyembur.
Ahli Hukum Lingkungan Muspani menegaskan dilema lumpur semakin dikukuhkan dengan tidak adanya tanggungjawab negara. Peraturan Presiden berbenturan dengan Undang-Undang No 24 tentang Bencana Alam. Peraturan Presiden hanya mengatur penanggulangan masalah lumpur dan kerugian yang dialami masyarakat.
“Perpres tidak menjelaskan Lumpur Lapindo sebagai bencana apa, dalam UU bencana ada tiga yakni alam, teknologi, kerusuhan. Perpres hanya memberikan kewajiban kepada Lapindo untuk ganti rugi. Namun, negara tak menyatakan siapa yang bersalah dalam bencana itu,” ungkap Muspani.
Sementara itu, ahli pengeboran minyak Institut Teknologi Bandung Susila Lusiaga menegaskan sumber semburan berasal dari pengeboran sumur (drilling). Selama ini, semua pihak melihat fenomena bencana Lapindo terjadi karena gempa di Yogyakarta pada 2006.
“Kekuatan gempa Yogya hanya 6,3 skala Richter, dan di seluruh dunia tak pernah gempa 6,3 SR menyebabkan mud volcano dengan jarak 300 kilometer. Gempa Yogyakarta tidak akan pernah mengakibatkan semburan lumpur Sidoarjo,” ungkap Susila.
Luapan lumpur Lapindo pun menjadi masalah sosial. Namun, entah mengapa negara membiarkannya selama lima tahun. Pemerintah tidak tegas dalam mengadvokasi warga.
Kini, lima tahun telah berlalu. Semburan Lapindo masih menghantui warga. Potensi semburan diperkirakan terus keluar bahkan hingga puluhan tahun ke depan. Namun, pemerintah tetap bergeming. Hak konstitusional warga untuk mendapat perlindungan tak jua didapat. Lumpur Lapindo telah menjadi satu catatan kelam dalam perjalanan Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono.(****)
Longsor di Brebes Lukai Enam Orang

Longsor di Brebes Lukai Enam Orang

BREBES--MICOM: Sebuah rumah di Dukuh Kosambi, Desa Jipang, Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, hancur akibat tertimpa longsor, Rabu (22/12) malam.

Akibat peristiwa itu, enam orang penghuni rumah tersebut terluka dan salah seorang di antaranya luka parah.

Korban luka parah, Sulkim, 3, kini dirawat di rumah sakit di Purwokerto setelah sempat dirawat di
Puskesmas Bantarkawung. Sementara itu, korban lain yang mengalami luka ringan adalah Sutaryo, 37, Darwati, 35, Bayu, 12, Dea, 12, Linda 16.

Sutaryo, salah seorang korban, menuturkan, sebelum peristiwa ia bersama korban lainnya tengah berada di dalam rumah milik keluarga mereka, Kastoni. Saat itu hujan deras dan aliran listrik padam.

Pada saat itulah tiba-tiba talud pengaman tebing di samping rumah itu runtuh dan menimpa rumah tempat mereka berkumpul. "Sebelumnya tidak ada tanda-tanda (akan runtuh), langsung saja longsor menimpa rumah," katanya, Kamis (23/12).

Sementara itu, pemilik rumah, Kastoni dan istrinya, Suhama, 65, saat peristiwa tengah berada di depan rumah dan baru akan masuk. Karena itu, keduanya tidak mengalami cedera.

Kepala Desa Jipang Ahmad Riyadi mengatakan rumah yang ambruk tertimpa talud yang longsor, milik warga tidak mampu. "Kejadian sudah kami laporkan ke Camat Bantarkawung untuk diteruskan ke Bupati Brebes," paparnya. (OL-01)


Belasan Rumah Tertimbun Longsor di Cianjur

Wednesday, 27 April 2011 13:43

KBR68H, Cianjur - Belasan rumah dan 20-an hektar lahan sawah di Desa Sukamahi, Cianjur, Jawa Barat tertimbun longsor dini hari tadi. Longsor terjadi akibat hujan deras selama dua hari terakhir. Ketua Rukun Warga di Kampung Salaawi, Adang Darmawan mengatakan, tidak ada korban jiwa dalam bencana itu karena warga sudah diungsikan sejak semalam. Namun, Adang khawatir bencana longsor susulan akan datang.

"Ada suara gemuruh beleduk, pas diliat air sudah turun tanah juga udah jalan, daerah sini cenderung sudah retak – retak. Yang saya khawatirkan terjadi lagi rumah yang di atas terbawa ada beberapa kampung ada disana, beberapa rumah yang bisa dilewati kendaraan juga, rumah itu dikhawatirkan terbawa oleh arus nanti kesini"

Ketua Rukun Warga di Kampung Salaawi, Adang Darmawan menambahkan, longsor juga memutus jalan desa sepanjang 200-an meter. Akibatnya, tiga desa terancam terisolasi karena jalan yang terputus merupakan jalan satu-satunya yang menghubungan tiga desa itu dengan daerah luar.

PULUHAN batang pohon peneduh jalan di sepanjang Jalan Brigjen Katamso tumbang saat hujan deras mengguyur Kota Medan, Rabu (7/9/2011) siang tadi. Di antara puluhan pohon, terselip satu billboard yang ikut tumbang. Satu Innova dan Daihatsu Terios menjadi korban tertimpa pohon dan tiang listrik yang tumbang.

Pohon yang tumbang itu tumbuh di sepanjang Jalan Brigjen Katamso mulai dari Simpang Titi Kuning hingga ke Istana Maimoon.
Pohon tumbang ini menyebabkan kemacetan total di Jalan Brigjen Katamso.
Sekarang ini sedang diupayakan pembersihan pada pohon yang tumbang dan melintang di tengah jalan agar lalu lintas bisa kembali lancar.
Kepala Bidang (Kabid) Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah Sumut, Hendra Suwarta, sebelumnya mengatakan, sepanjang September-Oktober Kota Medan berpotensi musim hujan. Selain hujan, potensi angin puting beliung dan petir juga cukup tinggi. Warga Kota Medan diperingatkan agar berhati-hati beraktifitas di luar ruang saat hujan turun. (Foto: Pewarta Foto Indonesia Medan/Iqbal).


PULUHAN batang pohon peneduh jalan di sepanjang Jalan Brigjen Katamso tumbang saat hujan deras mengguyur Kota Medan, Rabu (7/9/2011) siang tadi. Di antara puluhan pohon, terselip satu billboard yang ikut tumbang. Satu Innova dan Daihatsu Terios menjadi korban tertimpa pohon dan tiang listrik yang tumbang.

Pohon yang tumbang itu tumbuh di sepanjang Jalan Brigjen Katamso mulai dari Simpang Titi Kuning hingga ke Istana Maimoon.
Pohon tumbang ini menyebabkan kemacetan total di Jalan Brigjen Katamso.
Sekarang ini sedang diupayakan pembersihan pada pohon yang tumbang dan melintang di tengah jalan agar lalu lintas bisa kembali lancar.
Kepala Bidang (Kabid) Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah Sumut, Hendra Suwarta, sebelumnya mengatakan, sepanjang September-Oktober Kota Medan berpotensi musim hujan. Selain hujan, potensi angin puting beliung dan petir juga cukup tinggi. Warga Kota Medan diperingatkan agar berhati-hati beraktifitas di luar ruang saat hujan turun.

Kebakaran Hutan Kaltim Mencapai 155.611,58 Ha, Kerugian Diperkirakan Rp 2,67 Triliun
SAMARINDA - Musibah kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Timur belum juga berakhir. Musim kemarau panjang yang melanda propinsi ini sangat menyulitkan upaya pemadaman kebakaran. Berbagai upaya, baik lewat darat maupun udara, sepertinya hanya berpengaruh sangat kecil terhadap proses pemadaman api.
Hingga saat ini luas areal hutan dan lahan yang terbakar sudah mencapai 155.611,58 hektar. ''Dari jumlah tersebut, hutan yang terbakar seluas 151.236,22 hektar dan lahan seluas 4.375,36 hektar,'' ungkap Awang Faroek Ishak, Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kaltim.
Sekitar 63 persen dari areal yang terbakar adalah di kawasan milik perusahaan besar yang memiliki HPH (Hak Penguasaan Hutan) dan HTI (Hutan Tanaman Industri) (lihat tabel). Perusahaan besar ini sebagian besar telah melakukan pembukaan lahan dengan cara bakar. Diduga, salah satu faktor yang memicu musibah kebakaran ini adalah pembakaran lahan dengan sengaja.
Dari penelitian Bapedalda Kaltim, kerugian kebakaran hingga awal April ini mencapai Rp 2.672.880.600.000. Taksiran kerugian dihitung dari nilai ekonomis kayu/tanaman yang terbakar. ''Ini belum termasuk kerugian akibat hilangnya flora/fauna, hilang atau rusaknya permukaan tanah/topsoil, kerusakan lingkungan, kesehatan masyarakat, kerugian perusahaan penerbangan dan kegiatan lainnya,'' ujar Awang Faroek.
Penyebab kebakaran sebagian besar dikarenakan manusia, dan kebanyakan dilakukan dengan sengaja. Selain itu adanya sumber batubara di dalam tanah menjadi salah satu faktor alam penyebab kebakaran yang sangat sulit dihindari.
Dari pantauan Integrated Forest Fire Management (IFFM), proyek kerjasama pemerintah Indonesia dan Jerman dalam mengatasi kebakaran hutan di Kaltim, sudah 797 titik api yang menyebar di kawasan Kaltim. Letak titik api yang menyebar sangat menyulitkan proses pemadaman api.
Sebenarnya sudah cukup banyak upaya yang dilakukan untuk memadamkan api. Namun kondisi medan yang sangat sulit dan juga lokasi kebakaran api yang berjauhan sangat menyulitkan upaya pemadaman. ''Dampak kegiatan pemadaman selama ini mungkin hanya sekitar 0,1 persen saja,'' ungkap Ludwig Schindler, Ketua IFFM.
Padahal penanggulangan kebakaran lewat darat dan udara sudah banyak dilakukan. Misalnya dengan bahan kimia, granat pemadam api dan membuat sekat bakar. Selain itu juga dilakukan pemboman lewat udara dengan pesawat Hercules Transall C-160 dan pesawat Pilatus Poiter PC-6.
Menurut Schindler, dengan kondisi kemarau panjang seperti sekarang ini, pemadaman api bukanlah bidang yang paling penting untuk dilakukan. ''Tetapi yang penting diperhatikan adalah pencegah~an, pendidikan masyarakat dan kebijaksanaan penggunaan hutan. Oleh karena itu musim hujanlah saat yang tepat untuk mengatasi kebakaran,'' jelas Schlindler yang telah melakukan berbagai kegiatan manajemen kebakaran hutan di Kaltim sejak empat tahun lalu. mag
Luas Areal Kebakaran Hutan dan Lahan di Kaltim
No.
Lokasi Terbakar
Luas (Ha)
1.
Areal Hak Penguasaan Hutan (HPH)
34.185,65
2.
Areal HPHTI
64.838,72
3.
Kawasan Konservasi Bukit Soeharto
4.204,00
4.
Hutan Lindung Sungai Wain
2.389,00
5.
Hutan Lindung DAS Manggar
126,00
6.
Hutan Lindung Bontang
6.635,00
7.
Cagar Alam M. Kamam
150,00
8.
Cagar Alam Kersik Luwai
75,50
9.
Taman Nasional Kutai
40.181,00
10.
Hutan Penelitian
406,88
11.
Areal Perkebunan
1.923,68
12.
Areal Transmigrasi
15,00
13.
Ladang Penduduk/alang/semak
1.448,77
14.
Kebun masyarakat
987,91
Sumber: Bapedalda Kaltim.  mag




Tidak ada komentar:

Posting Komentar